Pacar Baru itu Bernama "Laravel"

28 April 2014
Perkenalan saya dengan Laravel terjadi kurang lebih 2 tahun lalu, ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan jasa hosting dan desain web selama kurang lebih satu tahun.

Di perusahaan tersebut, saya mendapat tugas membuat atau meng-custom desain aplikasi-aplikasi berbasis web pesanan para klien, entah itu menggunakan Wordpress, Joomla, OpenCart, OsClass, atau CMS yang dimiliki perusahaan.

Saya sebenarnya telah melakukan pekerjaan desain web semacam ini secara freelance sebelum bekerja di perusahan tersebut. Secara nominal, apa yang saya dapatkan secara freeance relatif lebih besar dari pada gaji bulanan dari kantor. Meski lumayan besar, saya tidak selalu mendapatkannya tiap bulan. Berbeda dengan menjadi karyawan, ada atau tidak ada pekerjaan, kita tetap dapat gaji bulanan plus pengalaman tentunya.

Ketika perusahaan mendapat tawaran pembuatan aplikasi dengan nilai proyek lumayan besar, saya ditawari pemilik perusahaan untuk mengerjakan proyek tersebut. Memang, selain mengerjakan desain, saya telah cukup lama pula mengenal, mengetahui, dan membuat beberapa aplikasi sederhana berbasis web menggunakan bahasa pemrograman PHP, meski untuk sekala kecil.

Bagi saya, tawaran tersebut adalah tantangan, walau dalam hati timbul keraguan apakah saya sudah cukup siap membuat aplikasi berskala besar tersebut.

Meski akhirnya proyek tersebut harus putus di tengah jalan, bukan karena (maaf! bukan bermaksud sombong) saya tidak mampu mengerjakannya, tapi adanya kisruh di tingkat pimpinan perusahaan—kisruh yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk keluar, saya telah ditakdirkan untuk berkenalan dengan Laravel.

Perkenalan saya dengan laravel berlangsung sekejap karena saat itu saya sudah tanggung "kesengsrem" pada Codeigniter, sebuah framework PHP yang dikembangkan oleh EllisLab, Inc. dan bersifat open source.

Membuat aplikasi PHP menggunakan framework adalah hal baru buat saya saat itu, dan sebagai pemula, Codeigniter adalah pilihan tepat.

Mereka yang memiliki pengetahuan cukup akan PHP akan dapat menguasai Codeigniter dalam waktu relatif singkat. Mereka mungkin hanya membutuhkan waktu satu atau dua hari untuk dapat mulai membuat aplikasi-aplikasi menggunakan framework ini.

Saya memutuskan untuk meminang Codeigniter. Laravel pun seolah hilang dari ingatan saya. Aplikasi-aplikasi untuk perpustakaan, pengelolaan keuangan, dan penerimaan siswa baru adalah beberapa hasil pernikahan saya dengan Codeigniter.

Setalah dua tahun pernikahan saya dengan Codeigniter, Laravel muncul kembali di ingatan saya. Usianya semakin dewasa dan parasnya pun semakin memukau. Saya sempat mencatat alamat rumah dan menyimpan nomor HP-nya saat pertemuan pertama. Jadi, tidak sulit untuk menemuinya kembali.

Saya bersyukur, Codeigniter bukanlah istri pencemburu. Ia bahkan mengusulkan kepada saya untuk meminang Laravel setelah ia tahu intensitas pertemuan saya dengannya.

Laravel memang cantik. Siapa pun pasti tergoda untuk memilikinya. Saat ini, hubungan saya dengannya hanya sebatas teman tapi mesra (TTM). Dalam beberapa bulan ke depan, saya mungkin akan menikahinya. Namun, andaikata saya itu terjadi, Codeigniter akan tetap mengisi salah satu ruang terindah di hati ini.

I love you, Laravel! And I need you, Codeigniter!